Pandangan Paulo Coelho Terhadap Okultisme dan Agama
Hai! kali ini saya akan sedikit mengulas salah satu buku karya Paulo Coelho Berjudul “Brida”.
A. Identitas Buku
Judul: Brida
Penulis: Paulo Coelho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Oktober 2013
Tebal: 232 Hal
Genre: Spiritual, Romance
B. Sinopsis
Buku ini bercerita tentang seorang gadis berumur 21 tahun yang haus akan ilmu pengetahuan, yang terus mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaannya tentang eksistensi dan tujuan dirinya dan juga keberadaan tuhan. Brida merupakan seseorang yang mempercayai adanya tuhan melalui pendekatan Okultisme/Ilmu Sihir. Dia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang Penyihir suatu hari nanti. Ia mempelajari ilmu sihir kepada 2 guru yaitu Wicca dan juga Sang Magus. Padahal kedua guru ini memiliki pandangan yang sangat bertolak belakang mengenai ilmu Sihir di mana guru yang pertama yaitu wicca memiliki pendekatan ilmu sihir dengan “Tradisi Bulan”. Dan Guru Sang Magus memiliki pendekatan ilmu sihir dengan “tradisi Matahari”. Dan dimulai dari sini perjalanan spiritual sang tokoh utama dalam mengisi jiwa untuk menemukan tujuan eksistensi diri dimulai.
C. Unsur Intrinsik
- Tema
Tema dari buku ini jika merujuk pada website resminya bergenre spiritual, dan romance. Namun saya merasa 70 persen isi dari novel ini berisikan tentang ritual-ritual ilmu hitam sang tokoh utama dalam mengejar cita-citanya menjadi penyihir. Beberapa kepercayaan lain selain okultisme seperti Anima Mundi (Jiwa di dunia ini hanyalah dari satu jiwa). Namun punya pendapat sendiri bahwa sebenarnya novel ini juga bertemakan social yang saya akan kemukakan alasannya di akhir nanti.
2. Tokoh & Penokohan
Buku ini berpusat hanya pada 3 tokoh, yaitu Brida O’brian sang tokoh utama, Sang Magus, dan Wicca sebagai Guru dari tokoh utama. Brida digambarkan sebagai tokoh yang memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, Sang Magus yang memiliki sifat bijaksana dan sangat berhati-hati, dan Wicca yang digambarkan sebagai tokoh yang misterius.
3. Alur
Alur yang digunakan dalam buku ini sangat sederhana yaitu maju dan hampir tidak ada kilas balik.
4. Latar Tempat dan Waktu
Dublin, Irlandia. Latar waktu disini hampir semua digunakan, pagi sering dipakai ketika sang tokoh utama bangun dari pingsannya sehabis ritual ataupun terbangun dari hasil mabuknya dimalam hari. Siang digunakan tokoh utama sebagai latar dia sedang bekerja, dan malam sering ia gunakan untuk melakukan ritual-ritual ilmu sihir.
5. Sudut Pandang
Orang ketiga, rasanya seperti ada narrator disini yang serba tahu sampai sampai mengetahui isi hati setiap tokoh.
6. Kebahasaan
Personifikasi
Dikutip dari “Perasaan lari selayaknya kuda liar, menuntut untuk didengarkan, Brida membiarkan perasaannya berlarian bebas beberapa saat sampai kelelahan”
“ia memandangi kota Dublin yang masih tertidur lelap”
7. Amanat
Mengutip dari perkataan Gurunya Brida yaitu “Tak ada satupun hal didunia ini yang benar-benar salah” Bahkan jam mati pun dapat benar 2 kali sehari.
D. Pendapat
1. Mengapa novel ini bisa disebut sebagai novel bertemakan sosial
Karena dijelaskan bahwa pada awal kemunculan sihir, hanya laki-laki yang bisa mempelajarinya. Hal ini berhubungan dengan konsep maskulinitas yang dituntut untuk berpikir logis dalam menjelaskan sesuatu kepada masyarakatnya yang di dominasi kaum Wanita. Karena itu penyihir kala itu disebut orang pandai (magic). Mereka di sebut penyihir pengikut tradisi matahari, tradisi yang memberikan pencerahan bagi Masyarakat yang berada di kegelapan. Kehadiran Wanita yang juga bisa mempelajari ilmu pengetahuan membuat kaum pria merasa tersaingi. Kondisi inilah yang membuat Perempuan pandai (witch) diberi citra negative seperti jahat, sombong, makanya kita sering sekali di lihatkan bahwa penyihir Wanita pasti wajahnya jelek. Dia tidak di anggap memberi pencerahan sehingga kemudian di sebut sebagai kaum pengikut “Tradisi Bulan”. Hal ini menciptakan bias gender yang pada masa itu kerap terjadi. Brida sang tokoh utama, yang juga seorang Perempuan seakan akan memang di tempatkan di tengah-tengah gurunya dengan 2 tradisi yang saling bertolak belakang untuk menjembatani dan membuktikan bahwa keduanya dapat berjalan beriringan.
2. Sedikit Membahas Tentang Agama dan Okultisme
Beberapa kali di buku ini disebutkan berkenaan dengan keterkaitan Pelajaran dari tradisi matahari yang katanya disebutkan dirancang oleh spiritualis dari spanyol St. John of The Cross yang memahami arti iman tentu menurut kepercayaan katolik. Menurut saya ini sangat kontradiktif karena 1) Saya percaya Tuhan dan menurut saya sihir dan juga agama itu sangat bertentangan seperti minyak dan air. Menurut Magus, penganut Tradisi Matahari bersekutu dengan tuhan dalam doa. Mengutip ayat dalam alkitab “you shall not permit a sorceress to live” (Exodus:22:18)
E. Kelebihan & Kekurangan
Menurut saya kelebihan dari buku ini adalah dapat membuka mata kita terhadap pandangan-pandangan dari agama lain mengenai apa yang mereka percaya terhadap tuhan. Dan kelebihan yang lain adalah buku ini cukup tipis yaitu hanya sekitar 232 halaman. Dan buku ini tentu memiliki kekurangan yaitu justru dari pandangan yang baru itu, kita sebagai penganut agama sebelah pasti akan merasa kesusahan pada awalnya karena buku ini sangat kental tradisi, kosakata, dan juga hal-hal keagamaan yang ada di agama katolik. Sehingga perlu adanya riset atau mencari sumber lain yang bisa menjelaskannya. Dan kekurangan yang lainnya justru datang juga dari halamannya yang sedikit. Menurut saya buku ini atau memang itu yang diinginkan oleh penulisnya, banyak sekali kata-kata aneh yang di beri huruf kapital di tengah-tengah kata-kata lainnya yang sangat bertentangan, seperti contoh kata “Bakat” dan juga “Pasangan Jiwa”, “Hari Pembenaran”. Hal ini sangat sulit di pahami dan tidak ada penjelasan yang rinci terkait hal tsb. Kita hanya di beri sedikit clue tentangnya.